Gridhot.ID - Junaedi, pelajar yang membunuh satu keluarga beranggotakan lima orang di Penajam Paser Utara telah mendapatkan vonis hukuman.
Dikutip Gridhot dari Tribun Kaltim, sebelumnya, Junaedi yang membunuh tetanggana sendiri tersebut sempat dituntut 10 tahun penjara.
Hingga akhirnya pengadilan memutuskan untuk memvonis Junaedi 20 tahun penjara akibat perbuatannya yang di luar batas anak.
Di luar gedung persidangan, keluarga korban berteriak dan menangis sembari menahan amarah usai mendengar vonis pengadilan terhadap Junaedi.
Dengan langkah gontai mereka berjalan keluar dari area ruang sidang, ada pula yang memukul dinding gedung pengadilan, sembari menangis dan berteriak.
Beberapa ada yang harus dibantu berjalan oleh anggota keluarga karena tak kuasa mendengar putusan yang tidak sesuai dengan harapan mereka.
Sementara di luar gedung pengadilan, massa yang membawa spanduk juga beberapa kali memaksa untuk masuk.
Mereka mendorong pagar gedung pengadilan dan berusaha memanjat, meski digagalkan oleh aparat kepolisian.
Mereka menggotong kain putih bertuliskan antara lain:
"Kami masyarakat PPU meminta keadilan".
“Jangan dzolimi kami dengan undang-undang perlindungan anak".
"Pak hakim buka hatimu".
"Gantung Junaedi bangsat."
"Kami hadir untuk saudara kami yang menjadi korban pembunuhan." dan berbagai kalimat lainnya.
Sebelum persidangan, orangtua Junaedi ternyata masih sempat membela anaknya dan meminta keringanan hukuman untuk tersangka.
Sebelum sidang terakhir, keluarga Junaedi yakni ibunya, datang ke persidangan.
Ia diberikan kesempatan untuk memberi permohonan dan harapan terhadap tuntutan yang JPU berikan (JPU menuntut Junaedi 10 tahun penjara-Red).
Namun, dalam persidangan Majelis Hakim mengungkap bahwa keterangan atau harapan dari pihak keluarga terdakwa tidak dapat menjadi pertimbangan untuk mengurangi hukuman Junedi.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, Majelis hakim Pengadilan Negeri Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur memvonis, Junaedi 20 tahun penjara, Rabu (13/3/2024).
Junaedi (18) adalah terdakwa pembunuhan satu keluarga di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Vonis tersebut lebih dari tinggi dari tuntutan jaksa penuntut umum yakni 10 tahun penjara.
Dalam persidangan, Majelis Hakim menjelaskan bahwa terdakwa pada saat melakukan kejahatan, belum berusia 18 tahun. Sehingga ia masih dilindungi oleh Undang-undang Perlindungan Anak.
Berbagai pertimbangan juga dibacakan majelis hakim, terutama memberikan rasa keadilan bagi keluarga korban, pun terdakwa.
Majelis Hakim menyampaikan bahwa pada ketentuannya, terdakwa yang masih dikategorikan sebagai anak di bawah umur, tidak dapat dihukum mati atau penjara seumur hidup.
Juru Bicara PN Penajam Amjad Fauzan mengatakan bahwa terdakwa memang divonis lebih tinggi daripada hukuman maksimal untuk pelaku anak.
Namun, 20 tahun adalah hasil musyawarah bersama Majelis Hakim, yang sepenuhnya memiliki hak, dan dianggap benar dalam menjatuhkan pidana.
“Sekalipun ada aturan normatif, seperti itu tapi hakim berkewajiban menggali nilai-nilai diluar normatif dan itu kewenangan mutlak hakim,” ucap Fauzan.
Reaksi Junaedi
Saat majelis hakim bergantian membacakan pokok perkara, Junaedi tetap tenang dengan kepala terus menunduk.
Ia mendengarkan seksama apa yang sedang dibacakan oleh hakim.
Dalam persidangan, majelis hakim sempat menyampaikan bahwa tak ada masalah dengan kondisi kesehatan Junaedi.
Berdasarkan pemeriksaan rumah sakit, fisiknya bugar dan psikologinya tak bermasalah atau dinyatakan sehat.
Hingga hakim ketua mengetuk palu usai memvonisnya 20 tahun penjara, Junaedi tak bereaksi apapun.
Ia tetap berdiri dan berjalan meninggalkan ruang sidang seperti biasa dengan pengawalan dari pihak kepolisian.
Diketahui, Junaedi membunuh satu keluarga yang terdiri dari lima orang. Usai membunuh korbannya, Junaedi juga memperkosa ibu dan anak di keluarga malang tersebut.
(*)